Setelah Bani Isra'il
memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka
selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-bangsa
sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri
dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu
daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang
berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani
Israil dan merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout", iaitu
sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut
Tabout itu adalah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan
oleh Allah s.w.t. kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda
keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka
dikala menghadapi musuh. Maka kerananya dalam tiap medan perang dibawanyalah
Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi
rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya
Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah
barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan
yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak
ditinggalkan oleh Nabi Musa, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau
seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu
bendera dan menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari
luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu
yang memberi tuntutan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala
menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama
mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani
dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihatnya
selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il
datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih melihat keadaan kaumnya
menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin
dan dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti
wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahawa
mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai
kekuasaan sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu'il yang mengenal
baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat-sifat licik dan pembangkangan
yang meletak pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahawa kamu akan takut
dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang
menghalau musuh dari negerimu." Mereka menjawab: "Bagaimana kami
menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan
kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak
keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun darjat kami
sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga
enggan berperang melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami.
Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja
kami akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa
sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."
Somu'il berkata:
"Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu untuk
memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kamu, maka berilah
waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan Allah s.w.t. menunjukkan
kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu." Di dalam
istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah s.w.t., agar ia
memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi raja
Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan
orangnya Allah s.w.t. akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan
memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah
seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan. Dari
pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahawa ia adalah seorang yang
cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. Ia hidup dan
bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak
dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk tanam dan memelihara haiwan
ternak.
Pada suatu hari di
kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya
terlepaslah dari kandang seekor keldai dari haiwan-haiwan peliharaannya dan
menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang hambanya mencari keldai yang
hilang itu di celah-celah lembah dan bukit-bukit di sekitar desanya, namun
tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia mengajak
hambanya kembali kerana khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama
meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang
kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada di daerah Shuf tempat dimana
Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan
kalau-kalau ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana
kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang
menerima petunjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali
mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya." Thalout
menerima baik cadangan itu dan berangkatlah mereka berdua menuju tempat tinggal
Somu'il. Di tengah-tengah perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis
yang ditemuinya sedang menimba air dari sebuah perigi: "Di manakah tempat
tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-cepat meneruskan
perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya
di atas bukit oleh rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum
selesai para gadis itu memberikan keterangannya, muncullah Somu'il dengan
wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang
mengesahkan.
Thalout segera
mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang, berkatalah Thalout:
"Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk memohon pertolongan
iaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami
dapat menemukan kembali keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan
menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha
mencarinya."
Somu'il setelah
memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah orangnya yang
oleh Allah s.w.t. ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani
Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engkau cari itu sedang
berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu. Janganlah
engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keldai itu
kerana aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar
dan lebih penting dari soal keldai. Engkau telah dipilih oleh Allah s.w.t.
untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang
sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang
menyerbu dan menduduki negeri mereka. Dan insya-Allah, Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala
sepak terajangmu."
Thalout menjawab:
"Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang
aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari
pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak
dikenal orang?" Berkata Somu'il: "Itu adalah kehendak Allah s.w.t.
dan perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan
tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi
segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah s.w.t.
ini. Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan
pertolongan dan perlindungan Allah s.w.t. kepadamu." Kemudian dipeganglah
tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata:
" Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah s.w.t. telah dipilih untuk
menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu
dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat
kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang
komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan
bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang
sedang berkumpul mengerumuni Somu'il mendengarkan pidato pelantikannya
mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut
ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka
dari wajah Somu'il ke wajah Thalout yang menandakan kehairanan dan
ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir oleh mereka
bahawa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang
ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan seorang
raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada
Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin kami
sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal orang dan
pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain itu, ia bukannya dari
keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani Israil, juga bukan
dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak
dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan
oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa
tidak dipilih sahaja seorang daripada mereka yang berada di kota yang
pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
Berkata Somu'il
menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan
kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia
memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan
bertindak. Sifat-sifat itu terdapat dalam diri Thalout di samping ia memiliki
tubuh yang kuat, perawakan yang tegap dan kekar serta paras muka yang tampan
yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu
semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain setelah
Allah s.w.t. menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah",
kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah s.w.t.,
maka kami tidak dapat berbuat lain selain menerima kenyataan ini. Akan tetapi
untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada
kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahawa Thalout benar-benar pilihan
Allah s.w.t.." Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah s.w.t. telah
mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak
berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu
tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti
bahawa Allah s.w.t. merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah
bahawa kamu akan menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah
hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang
kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk
menerimanya."
Setelah ternyata bagi
mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya kembali Tabout yang sudah
tujuh bulan berada di tangan orang-orang Palestin itu, maka diterimalah
pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan
janji akan taat serta mematuhi segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang
dilakukan oleh Thalout setelah dinobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan
dengan menghimpunkan para pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi
tentera yang akan menghadapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani. Ia
menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai
tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan dagang usaha sehingga dapat
membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi
mencapai kemenangan dan menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat
yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh
mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti
komando dan perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu
di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa
di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang
dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan
untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan
tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya dan
kedisiplinannya."
Ternyata apa yang
dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan
tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil
sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat.
Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah
mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya. Walaupun telah terjadi
pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota tenteranya, Thalout
tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dengan
pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan
mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada
bahagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan
petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum
dari air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba
di medan perang dan berhadapan dengan musuh, sebahagian daripada pasukan
Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai,
merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang
kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera
yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout, panglima
komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani, cekap dan
terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang yang berani bertarung
dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil
hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya:
"Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout
berserta tenteranya hari ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar
bilangannya daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok
yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak
merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka
lebih besar dan lebih lengkap peralatannya kerana mereka keluar ke medan perang
mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari
para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah s.w.t.. Sejak
mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang
bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan
bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada kawan-kawannya
kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami
tidak akan kalah kerana bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan fizikal.
Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan
dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah s.w.t. tidak menipis. Berapa banyak
terjadi sudah, bahawa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang
besar, bila Allah s.w.t. mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan
Allah s.w.t. selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan
bertawakkal."
Dengan tidak
menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan
melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin
pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah s.w.t. memohon pertolongan dan
perlindungan-Nya. Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang
lain dan pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-tengah barisan bangsa
Palestin, panglima besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat
suaranya menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang
Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang agar pihat Thalout
mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak
seorang pun keluar daripada tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya.
Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya,
pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi
Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis
dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para
pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang memandang satu kepada yang lain,
seray bertanya-tanya dalam hati masing-masing gerangan siapakah di antara
mereka yang dapat maju membungkam mulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan
melawannya, datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki
remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan
keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum
akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan
Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang
tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang
berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat
memperhatikan perawakan pemuda itu
merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke gelanggang
melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum
pernah turun ke medan perang dan tidak berpengalaman bertarung akan selamat dan
keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan
tandingannya, kata hati Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan
pemuda itu bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu
bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi
ampun kepada lawan-lawannya.
Pemuda dengan memperhatikan
muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahawa ia ragu-ragu dan bimbang untuk
melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya:
"Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang
menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout kerana
yang menentukan dalam pertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran
badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan
bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah s.w.t. yang menentukan hidup
matinya seseorang hamba-Nya. Beberapa hari yang lalu aku telah berhasil
menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkala ia hendak menyergap dombaku dan
sebelum itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil
membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan
badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian
dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap
pertarungan."
Mendengar kata-kata
yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan jujur sedarlah
Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya
kepada dirinya sendiri bahawa ia dapat mengalahkannya maka diberinyalah izin
dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa
semuga Allah s.w.t. melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan yang
diharap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang,
topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu
dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa
menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil
dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout
kepadanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan
tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah
dan berpakaian lengkap?" Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah
melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari
pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata
yang sangat sederhana itu, keluarlah ia dari tengah-tengah barisan Bani Isra'il
menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya
seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout
melihat bahawa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia adalah
seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula
mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata:
"Untuk apakah tongkat yang engkau bawa itu." Untuk mengejar anjingkah
atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau? Di mana pedangmu dan
zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau
masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus
banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamu
dalam sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-binatang di darat dan burung-burung di udara."
Pemuda menjawab:
"Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa kuat dan
ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu
dan tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini dengan nama
Allah s.w.t. Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan
engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang
akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allah s.w.t. dan kekuasaan-Nya yang akan
meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout
melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan
batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout
yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua
matanya, lalu diikuti dengan lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda
hingga terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas
terakhirnya. Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak
pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu keatas
Jalout jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout
hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout
yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri serta kebanggaan
nasionalnya.
Isi cerita di atas
dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga
251 yang bermaksud :~
246. Apakah kamu tidak memperhatikan
pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah Nabi Musa, iaitu ketika mereka berkata
kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami
dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka
berkata: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu
berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan
atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara
mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.
247. Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka
menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan
yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
248. Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
"Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu
di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga
Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.
249. Maka tatkala Thalout ke luar membawa
tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk
tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali
beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang
beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan
tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahawa mereka akan menemui jalan
Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta
orang-orang yang sabar.
250. tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak
oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas
diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap
orang-orang kafir."
251. Mereka {tentera Thalout} mengalahkan
tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh
Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah
{sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya."
{ Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Catatan Tambahan
*** Pemuda yang
menurut cerita yang telah bertanding melawan dan mengalahkan Jalout dan
berhasil membunuhnya adalah Nabi Daud, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 251
surah "Al-baqarah".
*** Nabi Musa wafat
pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di mana ia
diperintahkan oleh Allah s.w.t. untuk melihat tanah suci yang dijanjikan
{Palestin} namun tidak sampai memasukinya.
*** Nabi Harun wafat
sebelum Nabi Musa sehingga ia masih sempat dimakamkan oleh Nabi Musa di atas
bukit "Hur" yang terletak di gurun Sinai.
No comments:
Post a Comment
comment are welcome!!!