TOP PAGES

TRANSLATE

06 February, 2013

Bani Isra'il Mengembara Tidak Berketentuan Tempat Tinggalnya


Tidak kurang-kurang kurniaan Allah s.w.t. yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah s.w.t. telah membinasakan Fir'aun, musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah s.w.t. telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.

Di samping itu Allah s.w.t. mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah s.w.t. yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah s.w.t. yang diwahyukan kepada rasul-Nya. Demikianlah tatkala Allah s.w.t. mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah kerana mereka harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah s.w.t. melalui Musa, bahawa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.

Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengecutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. Kami tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu." Nabi Musa kesal melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahawa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allah s.w.t..

Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang daripada kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah s.w.t. itu, berdoalah Nabi Musa kepada Allah s.w.t.: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu." Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah s.w.t. memasuki Palestin, Allah s.w.t. mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah s.w.t. tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah disanggupkan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim a.s.

Cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah" ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :~

20.    Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain."

21.    Hai kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {kerana takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi.

22.    Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya"

23.    Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman."

24.    Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya kerana itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja."

25.    Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu."

26.    Allah berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 ~ 26 }

1.Kisah Sapi Bani Isra'il

Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani Isra'il.

Dikisahkan bahawa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera tunggalnya itu. Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka, mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.

Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahawa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana ia menyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya. Untuk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah s.w.t. yang segera menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah s.w.t. akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.

Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah s.w.t. itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek kerana akal mereka tidak dapat menerima bahawa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahawa Allah s.w.t. telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu. Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"

Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah s.w.t., yang harus disembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya." Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pada seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah s.w.t. memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda kerana memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.

Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambil lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah s.w.t., menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri. Demikianlah mukjizat Allah s.w.t. yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.

Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan cerita di atas, terdapat dalam surah "Al-Baqarah" ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~

67.    Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah daripada menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."

68.    Mereka menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahawa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu."

69.    Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahawa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."

70.    Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, kerana sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dapat petunjuk."

71.    Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahawa sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.

72.    Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.

73.    Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }

No comments:

Post a Comment

comment are welcome!!!