Raja Fir'aun yang
telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam
dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan penduduk
peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam
suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya. Tindakan
sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada
Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka
dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak
dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman,
kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan oleh Fir'aun atas
rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang
harus disembah dan dipuja, dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya
ke jalan yang sesat tanpa pedoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah
mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerosakan moral dan akhlak. Maka
dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah s.w.t. untuk pergi ke Fir'aun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah s.w.t., menyedarkan dirinya bahawa
ia adalah makhluk Allah s.w.t. sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan yang wajib
disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam
perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu dibayang
oleh ketakutan kalau-kalau peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh
tahun yang lalu itu, belum dilupakan dan masih belum hilang dari ingatan para
pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan kemungkinan bahawa mereka akan
melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan
hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka.
Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya
dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang
mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu
bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi
dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah s.w.t.
yang berfirman maksudnya :~"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia
telah melampaui batas. Segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya
dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah s.w.t. menghadapi Fir'aun apa pun
akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa
kepada Allah s.w.t.: "Aku telah membunuh seorang daripada mereka, maka aku
khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari
keluargaku sendiri, iaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan
tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir
itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap
daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah s.w.t. berkenan
mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu
masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama
pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah s.w.t.:
"Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan diseksa oleh Fir'aun. Aku
menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetahui apa yang
akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah kamu kepadanya dengan
kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia
beriman dan bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau
dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada
kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebongkakannya."
Bacalah tentang isi
cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah "Al-Qashash"
dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut :~
33. Musa berkata: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka
aku takut mereka akan membunuhku,
34. dan saudaraku Harun dia lebih petah
lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk
membenarkan {perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan
aku."
35. Allah berfirman: "Kami akan membantumu
dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka
tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami,
kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang."
{Al-Qashash : 33 ~ 35}
42. Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan
membawa ayat-ayat-Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku.
43. Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah melewati batas.
44. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau
takut"
45. Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan,
kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan
bertambah melewati batas
46. Allah berfirman: "Janganlah kamu
berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat".
47. Maka datanglah kamu berdua kepadanya
{Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu,
maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa mereka.
Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti {atas kerasulan
kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog)
antara Nabi Musa A.S. dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan
oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan
itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang
ingin bertemu dengan raja pada waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan
Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah s.w.t. kepadamu
agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan mereka kepada kami agar menyebah kepada Allah s.w.t. dengan leluasa
dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera
mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah
kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai
mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan
engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diri
seorang daripada golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak
ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?" Musa menjawab:
"Bahawasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu
bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Kerana jatuhnya aku ke dalam
tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah
agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu
terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti
yang kemudian dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang
engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu
adalah akibat godaan syaitan laknatullah yang menyesatkan, namun peristiwa itu
akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab
dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah s.w.t.
mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan
pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah aku kepadamu
atas perintah Allah s.w.t. untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allah
s.w.t. dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya:
"Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di
atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan dipuja?" Musa menjawab:
"Ya, iaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian
alam."
Tanya Fir'aun:
"Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?" Musa menjawab: "Ialah Tuhan
langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi." Berkata
Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang berada
disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini adalah seorang
yang gila kemudian ia balik bertanya kepada Musa dan Harun: "Siapakah
Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab:
"Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk
sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya." Fir'aun
bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak
mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala dan
patung-patung?" Musa menjawab:
"Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan
azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah kerana kecongkakan dan
kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia
menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya
yang hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami
bahawa azab dan seksaanNya adalah jalan yang benar."
Fir'aun yang sudah
tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan
berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan
dirinya lalu menunjukkan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam:
"Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan
kumasukkan ke dalam penjara." Musa menjawab: "Apakah engkau akan
memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang
membuktikan kebenaran dakwahku?" Fir'aun menentang dengan berkata:
"Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan
kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tidak berdusta."
Dialog {mujadalah}
antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dapat dibaca dalam surah
"Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagaimana berikut :~
18. Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah
mengasuhmu diantara {keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu.
19. dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan
yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak
membalas jasa."
20. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya
sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.
21. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku
takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia
menjadikan aku salah seorang diantara rasul-rasul.
22. Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini
adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il."
23. Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta
alam itu?"
24. Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit
dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian
{orang-orang} mempercayainya".
25. Berkata Fir'aun kepada orang-orang
sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?".
26. Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan
nenek-nenek moyang kamu yang dahulu"
27. Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu
yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".
28. Musa berkata: "Tuhan yang menguasai
timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu
mempergunakan akal".
29. Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu
menyembah Tuhan selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang
yang dipenjarakan".
30. Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan
melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata
jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa mempertunjukkan
dua mukjizatnya kepada Fir'aun
Menjawab tentangan
Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta
meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular
besar yang melata menghala ke Fir'aun. Kerana ketakutan melompat lari dari
singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa: "Hai Musa demi
asuhanku kepadamu selama lapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu."
Kemudian dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun
kepada Musa setelah hilang dari rasa hairan dan takutnya: "Adakah bukti
yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?" "Ya, lihatlah." Musa
menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala
tangannya dikeluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan
mata Fir'aun itu dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya. Fir'aun
sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah
begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah
diperlihatkan dua mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir
akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahawa itu semuanya adalah
perbuatan sihir dan bahawa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang
datang dengan maksud menguasai Mesir dan
penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan
oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan
Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah
kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh
Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk
melumpuhkan kedua mukjizat Allah s.w.t. yang oleh mereka dianggapnya sebagai
sihir. Anjuran itu lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu
sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan
ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahawa dengan perlindung Allah s.w.t.
ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara
perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan laknatullah melawan mukjizat yang
dikurniakan oleh Allah s.w.t..
Pada suatu hari raya
kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka
berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk
menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya diadakan
di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang
telah dikumpulkan dari seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat,
tali dan lain-lain alat sihirnya. Mereka cukup bersemangat dan akan berusaha
sepenuh kepandaian mereka untuk memenangi pertandingan. Mereka telah memperolehi
janji dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila
berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah selesai
persiapan dan para pembesar negeri mengambil tempatnya mengelilingi Fir'aun
yang telah duduk di atas kerusi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan
dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi
lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya. Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun
menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke tengah-tengah
lapangan. Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahawa tongkat-tongkat
dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah s.w.t.
tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang
kafir itu. Allah s.w.t. berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu:
"Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang
lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada
ditanganmu segera."
Para ahli-ahli sihir
yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat ular besar yang
menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang
terbayang sebagai hasil tipu sihir mereka. Mereka segera menyerah kalah
bertunduk dan bersujud {kepada Allah s.w.t.} dihadapan Musa seraya berkata:
"Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang diilhamkan oleh syaitan
tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran
kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk tidak
mempercayai risalah mereka dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang
kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang
congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan
segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya
begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan beriman kepada
Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan
mereka itu dianggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan
terhadap ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta
prestasinya. Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu berani beriman kepada
Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu? Bukankah
ini suatu persekongkolan daripada kamu terhadapku? Musa dapat mengalah kamu
sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu
dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di
depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan kianatmu ini.
Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua
pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan kianatmu
ini."
Ancaman Fir'aun itu
disambut mereka dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Allah s.w.t. telah
membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh
dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun yang
menakutkan. Mereka sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir
dapat membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan. Maka sekali mereka
diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya
tidaklah keyakinan itu akan dapat digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata
mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya: "Kami telah mendapat
bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar
memenuhi kehendak dan keinginanmu. Kami akan berjalan terus mengikut jejak dan
tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu
untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan
kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah s.w.t. di
akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi
cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz
19 sebagai berikut :~
32. Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu
tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}.
33. Dan ia menarik tangannya {dari dalam saku
bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang
yang melihatnya.
34. Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang
berada di sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli
sihir yang pandai,
35. ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu
sendiri dengan sihirnya maka kerana itu apakah yang kamu anjurkan?"
36. Mereka menjawab: "Tundalah {urusan}
dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan
mengumpulkan {ahli sihir},
37. Nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli
sihir yang pandai kepadamu".
38. Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada
waktu yang ditetapkan di hari yang maklum,
39. dan dikatakan kepada orang ramai:
"Berkumpullah kamu sekalian,
40. semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika
mereka adalah orang-orang yang menang".
41. Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka
pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah
yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?"
42. Fir'aun menjawab: "Ya, kalau demikian,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan
{kepadaku}".
43. Berkatalah Musa kepada mereka: "Jatuh
kalah apa yang kamu hendak jatuhkan".
44. Lalu mereka menjatuhkan tali-temali dan
tongkat-tongkat mereka lalu berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya
kami akan benar-benar akan menang".
45. kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka
tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
46. Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil
bersujud {kepada Allah},
47. mereka berkata: "Kami beriman kepada
Tuhan semesta alam ,
48. iaitu Tuhan Musa dan Harun".
49. Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian
beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia
benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti
benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan
memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu
semuanya".
50. Mereka berkata: "Tidak ada
kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51. sesungguhnya kami amat menginginkan bahawa
Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, kerana kami adalah orang-orang yang
pertama sekali beriman."
{Asy-Syu'ara
: 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap
berkeras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah
mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya makin meluas pengaruhnya,
sedang Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. Ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan
akan mengancam keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para
penasihat dan pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya
dan makin menakutinya. Mereka berkata kepadanya: "Apakah engkau akan terus
membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan
macam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah
kita warisi dari nenek-moyang kita? Tidakkah engkau sedar bahawa rakyat kita
makin lama makin terpengaruh oleh hasutan Musa sehingga lama-kelamaan nescaya
kita dan tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab:
"Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatianku sejak dikalahkannya
ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus
melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikutnya yang
makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merosakkan adab
hidup masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi
kerajaan kita yang megah ini, kerananya aku telah merancang akan bertindak
terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita
sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat
Fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam
gangguan dan macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang
memang menurut anggapan masyarakat. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan
penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani
Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi
Musa tidak dapat berbuat banyak pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas
dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahawa akan tiba saatnya
kelak,di mana mereka akan dibebaskan oleh Allah s.w.t. dari segala penderitaan
yang mereka alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan
bertawakkal seraya memohon kepada Allah s.w.t. agar Allah s.w.t. memberikan
pertolongan dan perlindungan-Nya kerana Allah s.w.t. telah menjanjikan akan
mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun bertujuan
melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il
yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak
dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan Fir'aun itu.
Demikian pula tidak seorang pun daripada pengikut-pengikutnya yang terpengaruh
dengan tindakan Fir'aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan
mereka yang sudah bulat terhadap risalah Musa. Kerana sasaran yang dituju
dengan tindakan kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan
tidak dapat menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya
bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun
tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi
pengikutnya, iaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil
para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk bermesyuarat dan
merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang
mukmin dari keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah
perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh
Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri
mukmin itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahawa Allah s.w.t. adalah
Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan
tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang
nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia
seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat
dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan
menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehNya. Dan dalam
keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab Allah s.w.t.
yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong
pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus terlaksana dan
Musa harus dibunuh. Aku tidak menemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang
baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang
akan menyelamatkan kerajaan dan negara." Berucap orang mukmin dari
keluarga Fir'aun itu melanjutkan: "Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap
berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para
nabi-nabi, bahawa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan,
sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat
yang datang sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah
akibat kecongkakan dan kesombongan mereka kerana Allah s.w.t. tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan
nasihatnya: "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima seksa
dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling kebelakang,
tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari seksa Allah s.w.t..
Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu
ke jalan yang benar. Ketahuilah bahawa kehidupan di dunia ini hanya merupakan
kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di
akhirat kelak."
Orang mukmin dari
keluarga Fir'aun itu tidak dapat mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecekapan
berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh
dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh Allah s.w.t.
kerana perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri. Fir'aun dan
pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin itu, agar
meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka.
Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri
dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan
dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa
secara suka rela.
Berkata orang mukmin
itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sangat aneh sekali sikap
dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu
berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allah s.w.t. dan mempersekutukan-Nya
dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman
kepada Allah s.w.t., Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.
Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahawa apa yang kamu serukan
kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah s.w.t. di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allah
s.w.t. yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh, bertakwa
dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan diberi
ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku
ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak
berguna lagi orang menyesal atau merasa susah kerana perbuatan yang telah
dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah s.w.t..
Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan
hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi
cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga ayat 129 juz
9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga
ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
127. Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun
{kepada Fir'aun}: "Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk
membuat kerosakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta
tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki
mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita
berkuasa penuh ke atas mereka".
128. Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan
Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa".
129. Kaum Musa berkata: "Kami telah
ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang." Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh
kamu dan menjadikan kamu khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu."
{ Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
28. Dan seorang laki-laki yang beriman di
antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata:
"Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki kerana dia menyatakan
"Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan
membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka
dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar,
nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu."
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta.
29. Hai kaumku untukmulah kerajaan pada hari
ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab
Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak
mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak
menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar."
30. Dan orang yang beriman itu berkata:
"Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu,
31. {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad,
Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
32. Hai kaumku, sesungguhnya aku khuatir
terhadapmu akan seksaan hari panggil-memanggil.
33~ {iaitu} hari
{ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang
menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya
tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk."
{ Al-Mukmin : 28 ~ 33
}
38. Orang yang beriman itu berkata: "Hai
kaumku ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
39~ Hai kaumku!
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
40. Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat,
maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan
barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki mahupun perempuan
sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka diberi
rezeki didalamnya tanpa hisab.
41. Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru
kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka?
42. {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur
kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui padahal
aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?"
43. Sudah pasti bahawa apa yang kamu seru
supaya aku {beriman} kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik
di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allah
dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni
neraka.
44. Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku
katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
45. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan
tipu daya mereka dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk."
{ Al-Mukmin : 38 ~ 45
}
No comments:
Post a Comment
comment are welcome!!!